Kamis, 13 Desember 2007

Efektifitas Suatu Intervensi dalam Mengurangi Risiko Penularan HIV Pada ODHA

Latar Belakang : SebanyMetodeak satu dari tiga orang dengan HIV positif melanjutkan perilaku seksual yang tidak aman setelah mereka mengetahui bahwa dirinya terinfeksi. Artikel ini membahas tentang hasil dari suatu intervensi berlandaskan teori, untuk mengurangi risiko penularan HIV pada orang yang hidup dengan HIV.
Metode: Laki-laki (n=233) dan perempuan (n=99) dengan HIV&AIDS diambil secara random untuk menerima intervensi berupa (1) 5 sesi pada kelompok intervensi diberikan materi tentang strategi untuk melakukan perilaku seks aman dan (2) 5 sesi pada kelompok dukungan pemeliharaan kesehatan diberikan materi bandingan dengan standard pelayanan. Partisipan akan diikuti dan dinilai sampai 6 bulan setelah intervensi.
Hasil: Intervensi yang dilakukan untuk mengurangi risiko penularan HIV memberi hasil yang signifikan yaitu berkurangnya perilaku seksual yang tidak aman dan meningkatnya penggunaan kondom setelah intervensi. Perilaku yang mempunyai risiko penularan dengan pasangan seks yang tidak berstatus HIV positif dan perkiraan angka penularan HIV setelah satu tahun berjalan ternyata juga menghasilkan signifikansi lebih rendah pada kelompok intervensi.
Kesimpulan: Penelitian ini merupakan yang pertama kali menggambarkan keberhasilan dalam mengurangi risiko penularan HIV dari suatu intervensi yang dilakukan pada perempuan dan laki-laki dengan HIV positif.

Latar Belakang

Penelitian menunjukkan bahwa kelompok minoritas orang hidup dengan HIV positif melanjutkan perilaku seksualnya yang tidak aman, sehingga menempatkan diri mereka dan pasangannya pada risiko tertular IMS lainnya. Sebanyak 33 % hubungan seks tidak aman terjadi diantara orang yang telah terinfeksi HIV.
Selama ini, upaya untuk mengurangi risiko penularan HIV berfokus pada strategi intervensi pada populasi orang yang belum terinfeksi memberikan hasil yang mengecewakan. Sedangkan test antibody HIV dan hasil konseling menyarankan bahwa dukungan sosial dan intervensi konseling kesehatan mental mungkin mempunyai efek positif yang tidak pernah diperkirakan sebelumnya dalam hal perilaku berisiko. Misalnya, Coates et al menemukan bahwa program manajemen stress untuk laki-laki HIV positif di San Fransisco, secara mengejutkan dapat mengurangi jumlah pasangan seksual yang dimilikinya.




Metode

n Pengambilan sampel dan randomisasi
Laki-laki dan perempuan diambil dari klinik IMS dan pelayanan AIDS di Atlanta, Georgia.
Kriteria partisipan adalah :
(1) Hidup dengan HIV/AIDS
(2) Secara sukarela bersedia melengkapi aktivitas penelitian
Partisipan terdiri atas 230 laki-laki dengan HIV positif, dan 98 perempuan HIV positif. Rata-rata umur mereka adalah 40.1 tahun. (52% dari sampel diidentifikasi sebagai gay, 9% biseksual, dan 39% heteroseksual )

Para partisipan melengkapi wawancara tentang perilaku seksual secara mendalam melalui telepon. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kenyamanan dan mengurangi potensi terjadinya bias.
n Pengukuran
Partisipan melengkapi kuesioner setelah diintervensi, dan 3 dan 6 bulan setelah intervensi.

q Penilaian terdiri atas:
(1) Karakteristik demografi dan status kesehatan,
Menilai umur, etnis, orientasi seksual, status pekerjaan, pendapatan, tingkat pendidikan tertinggi, tanggal pertama melakukan test HIV positif, dan jumlah CD4 dan viral load terakhir.
(2) Konstruksi SCT (Sosial Cognitif Theory)
Intervensi perilaku dirancang untuk membantu orang dengan infeksi HIV untuk mengurangi perilaku berisiko tertular HIV dengan menggunakan model teori sosial kognitif, diantaranya mencakup :
a Pentingnya membangun keterampilan berperilaku
b Mendorong kemampuan diri (self efficacy) untuk melakukan perilaku pengurangan risiko
c Mendukung niat untuk mengubah perilaku berisiko
d Mengembangkan strategi untuk merubah perilaku
Dari keempat hal di atas, konstruksi variabel SCT dijabarkan lebih rinci lagi sebagai berikut.
q Self efficacy / potensi diri
- Menawarkan kondom kepada pasangan baru
- Menggunakan kondom saat terinfeksi
- Memuaskan pasangan melalui perilaku seksual aman
- Memuaskan diri sendiri melalui perilaku seksual aman
q Niat Berperilaku
- Menyediakan kondom di sekitarnya
- Mempertimbangkan kerugian dan keuntungan pengungkapan status HIV kepada pasangan
- Menolak seks tak aman
- Mempraktekkan perilaku seksual aman dengan pasangan yang belum diketahui status HIV nya.

(3) Kepuasan perlakuan intervensi
Penilaian dilakukan dengan mengukur persepsi dari perlakuan dengan 12 pertanyaan. Sebanyak 7 item menilai persepsi tentang situasi lingkungan kelompok menyangkut rasa kebersamaan yang dibangun dalam kelompok. Sedangkan 5 item pertanyaan menilai persepsi tentang fasilitator dalam kelompok, mencakup perhatian ketua kelompok tentang komunitasnya.

(4) Perilaku berisiko seksual dan perlindungan diri
Menilai tentang : Status HIV pasangan seksualnya, dan jumlah praktek seksualnya. Partisipan yang mempunyai beberapa pasangan seks pada 3 bulam yang lalu, akan dilakukan interview satu per satu mengenai status dari masing-masing pasangan dan praktek sekssual dan penggunaan kondom untuk masing-masing pasangan selama 3 bulan secara retrospektif.

Hipotesis

n Intervensi perilaku dalam mengurangi risiko penularan akan menurunkan terjadinya perilaku seksual berisiko, terutama risiko terpapar pasangan seksual dengan HIV negatif, dibandingkan dengan kondisi kelompok dukungan sosial.

Prosedur intervensi

n Setiap partisipan dibagi secara random untuk menerima :
(1) 5 sesi pada kelompok intervensi diberikan materi tentang strategi untuk melakukan perilaku seks aman dan
(2) 5 sesi pada kelompok dukungan pemeliharaan kesehatan diberikan materi tentang perbandingan standard kepedulian.




@ 6-10 partisipan
fasilitator ♀♂
(salah satunya HIV+)


@ 6-10 partisipan
fasilitator ♀♂
(salah satunya HIV+)
Kelompok intervensi
N=185
Kelompok pembanding
N=143
5 sesi pada kelompok intervensi diberikan materi tentang strategi untuk melakukan perilaku seks aman
5 sesi pada kelompok dukungan pemeliharaan kesehatan diberikan materi tentang perbandingan standard kepedulian.







Intervensi untuk mengurangi risiko penularan HIV

n Pendalaman Teori Sosial Kognitif, intervensinya bertujuan untuk :
(1) Mengembangkan kemampuan untuk secara efektif mengatasi tekanan yang berhubungan dengan status HIV dan risiko seksual yang dihasilkan oleh situasi.
(2) Mendukung keterampilan pengambilan keputusan yang efektif untuk pengungkapan diri tentang perubahan status HIV kepada pasangan seksnya.
(3) Memfasilitasi pengembangan dan pemeliharaan praktek seks yang aman.

Sesi I, II, III
n Tiga sesi pertama diberikan materi untuk membangun keterampilan diri untuk mengungkapkan status HIV kepada orang lain, termasuk pasangan seksualnya.
n Partisipan merinci hambatan-hambatan untuk mengungkapkan status HIV kepada pasangan seksnya dalam beberapa tipe hubungan.
n Partisipan mengidentifikasi hambatan-hambatan untuk mengungkapkan status, menilai reaksi pasangan, dan strategi untuk mengungkap atau tidak mengungkap status HIVnya.
n Penelitian ini menggunakan beberapa scene film yang telah diedit dari film terkenal untuk melatih diri dalam pengungkapan status dalam suatu aktivitas bermain peran/ role play.
Sesi IV, V
n Dua sesi selanjutnya à fokus pada risiko penularan melalui hubungan seks pada hubungan pasangan dengan HIV positif dan HIV negatif.
n Kelompok mendiskusikan strategi untuk menjaga kepuasan suatu hubungan sekaligus juga melindungi dirinya dan pasangannya.
n Fasilitator menyediakan kesempatan kepada partisipan untuk mendalami sikap negatif terhadap kondom dan dilakukan pada sesi memakaikan kondom laki-laki dan kondom permepuan pada model anatomi.
n Scene film yang telah diedit dari film terkenal kembali digunakan untuk melatih partisipan mengurangi risiko penularan dan keterampilan berkomunikasi
n Partisipan mengidentifikasi dan menerapkan strategi pemecahan masalah untuk menghadapi hambatan dan tekanan dalam melakukan perilaku seks yang aman.

Intervensi pada kelompok pembanding, Health Maintenance Comparison
Kondisi kelompok pembanding dilihat dalam satu waktu dan contact-matched, Kelompok dukungan sosial (KDS) untuk orang dengan HIV positif digunakan setelah KDS diterjunkan ke masyarakat.
n Sesi mencakup informasi tentang :
1. Penyakit HIV terkini
2. Manajemen menghadapi masalah kesehatan
3. Keikutsertaan dalam pengobatan
4. Kepedulian kesehatan dan jaminan kesehatan
5. Nutrisi atau zat gizi.

Analisis awal dan prosedur analisis
n Partisipan laki-laki dan perempuan didistribusikan menurut beberapa kondisi sebagi berikut.

Jumlah
Kelompok intervensi pengurangan risiko
Kelompok pembanding/ kontrol
Laki-laki
67%
76%
Perempuan
33%
24%

86 % partisipan à melengkapi penilaian intervensi pada akhir intervensi
84% partisipan à mengikuti minimal 3 dari 5 sesi intervensi
82% partisipan à tersisa pada 3 bulan follow up
78% partisipan à melengkapi penilaian pada 6 bulan follow up
10 partisipan à meninggal selama periode follow up

n Hasil penelitian mengindikasikan dampak utama pada kategori umur partisipan yakni, partisipan yang tidak mengikuti follow up umurnya lebih muda (M=37.9) dari pada yang tersisa (M=40.7).
n Untuk semua analisis, peneliti menggunakan pendekatan intent -to­ treat dengan melibatkan partisipan yang terlibat dalam perlakuan tanpa menghiraukan jumlah sesi intervensi yang diikutinya.
n Partisipan yang tidak aktif secara seksual sejak awal, tetap dimasukkan dalam analisis untuk perilaku seksual berisiko denan memberi nilai 0 untuk semua perilaku.

HASIL
n Konstruksi Sosial Cognitive Theory
- Kelompok Intervensi pengurangan risiko, mempunyai self efficacy yang lebih besar untuk menggunakan kondom dengan pasangan seks barunya dan menjadi mampu untuk bisa memuaskan secara seksual bagi dirinya dan pasangannya melalui praktek seks aman daripada kelompok pembanding. (Wilks’ lambda = 0.95, F [5, 242]= 2.57, p < lambda =" 0.96,">

Tidak ada komentar: